Rabu, 26 November 2014

EKOBIOLOGI IKAN KAKAP (Ikan kakap (Lutjanidae)

Intisari: Ikan kakap merupakan salah satu jenis ikan karang yang memiliki nilai ekonomis penting. Habitat ikan kakap ditemukan di perairan tropis terutama pada kawasan sekosistem terumbu karang.  Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengkaji faktor lingkungan dan biologi  secara deskriptif  ikan Kakap (Lutjanidae) sebagai dasar untuk pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah kajian literature ilmiah (studi pustaka) ikan Kakap  (Lutjanidae). Berbagai persoalan yang dapat mengancam keberadaan Ikan kakap diantaranya adalah kerusakan ekosistem baik sebagai haitat maupun tempat berpijah dan tempat asuhan. Permasalahan lain yang juga tidak kalah penting adalah tingkat eksploitasi yang lebih (Over Fishing). Informasi tentang ancman dan biologi ikan kakap sangatlah penting dalam merumuskan pengelolaan yang efektif dan berkelanjutan.           
1.      Latar Belakang
Famili Ikan kakap (Lutjanidae) terdiri dari beragam spesies dengan ukuran berbeda dan bentuk tubuh yang berbeda. Famili kurang lebih 103 spesies, sehingga salah satu famili ikan beragam dan terbesar di atara ikan-ikan lain. Ikan kakap (Lutjanidae) ditemukan di perairan tropis dan sering dikaitkan dengan habitat terumbu (Allen 1985). Kakap merupakan ikan yang memiliki nilai komersil yang tinggi baik di bidang perikanan tangkap dan rekreasi, namun permasalahan saat ini adalah eksploitasi yang tak terkendali (Newman dkk 1996; Kaunda-Arara dan Ntiba 1997; Marriott dan Mapstone 2006;. Amezcua et al 2006). Karena nilai perikanan yang tinggi,  ada kekhawatiran tentang laju ekpoitasi yang meningkat sehingga mengancam tingakt keberlangsungan populasi ikan kakap (Lutjanidae). Perilaku agregatif dan distribusinya di kawasan terumbu karang sehingga ikan Ikan kakap (Lutjanidae) sangat rentan terhadap eksploitasi.
Secara umum ikan kakap memiliki laju pertumbuhan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ikan laut lainnya  dan merupakan komoditas perikanan yang mempunyai prospek yang dapat mendukung pengembangan budidaya di masa datang. Kelompok ikan dari famili Ikan kakap (Lutjanidae)ae pada umumnya menempati wilayah perairan dengan substrat sedikit berkarang dan banyak tertangkap pada kedalaman antara 40-70 m terutama untuk yang berukuran besar, ikan muda yang masih berukuran kecil biasa menempati daerah hutan bakau yang dangkal atau daerah-daerah yang banyak ditumbuhi oleh rumput laut (Widodo et al., 1991 dalam Herianti dan Djamal, 1993). Grimes (1987) menyatakan Kelompok ikan kakap umumnya hidup di perairan dengan substrat dasar sedikit berkarang, pada ke dalaman antara 40-100 m, sedangkan ikan-ikan muda didapatkan di daerah hutan bakau, rumput laut, dan karang-karang dangkal.
Sampai saat ini informasi tentang sejarah hidup dan distribusi tentang ikan kakap masih sangat jarang newman et al. 1996; 2000; kaunda-arara dan Ntiba 1997; Marriot dan Mapstone 2006; Amezcua et al. 2006; Marriot et al. 2007). Walaupun banyak penetian yang dilakukan terhadap famili Ikan kakap (Lutjanidae)ae  di Meksiko (Arreguín-Sánchez and Manickchand-Heileman 1998; Amezcua et al. 2006), Kenya (Kaunda-Arara and Ntiba 1997), Amerika Serikat (Meyer et al. 2007), Jepang (Shimose and Tachihara 2005), the Great Barrier Reef (Newman et al. 1996, 2000; Marriott and Mapstone 2006; Marriott et al. 2007),  teluk arab (Grandcourt et al. 2006) dan pusat samudara hindia (Pilling et al. 2000), banyak spesies  yang wajar dan perbandingan antar spesies yang masih terbatas. Sedikit data yang menunjukkan bahwa setidaknya  ada beberapa spesies ikan kakap (Lutjanidae) berumur panjang dengan rentang hidup lebih dari tiga puluh tahun.
2.      Tujuan
Tujuan dari penulisan ini dalah untuk mengkaji faktor lingkungan dan biologi  secara deskriptif melalui literature ilmiah baik jurnal maupun teks book tentang  ikan kakap (Lutjanidae) sebagai dasar untuk pengelolaan sumberdaya perikananyang berkelanjutan.
3.      Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang ekologi dan biologi ikan terutama famili Ikan kakap (Lutjanidae) bagi diri sendiri dan diharapkan menjadi konsumsi bagi khalayak umum yang membutuhkannya.



PEMBAHASAN
Menurut (Newman et al. 1996; 2000; Kritzer 2004;. Grandcourt et al. 2006), sejarah awal hidup dari  famili ludjanidae sangat penting diketahui mengingat pertubuhannya sangat cepat di tahun pertama. Waktu sampiling sangat penting dalam menentukan hubungan panjang berat dan frekwensi umur pada semua jenis sampel yang diperoleh. Tingakat ketelitian yang tinggi dalam menentukan umur dan data pertumbuhan pada sampel secara biologi pada perbedaan umur dan tingkat pertumbuhan meskipun dalam ukuran yang sama. Selain itu, distribusi dari famili ludjanidae sangat penting diketahui untuk dapat mengestimasi kesesuaian habitas dan faktor pembatasnya yang meliputi reproduksi, kabiasaan makan dan dan faktor biologi lainya yang dapat mempengaruhinya.
1.        Klasifikasi dan Ciri Mofologi
Menurut Weber dan De Beaufort (1929) serta Saanin (1968), klasifikasi ikan merah adalah sebagai berikut :
Phylum                 : Chordata
Class                     : Pisces
Ordo                     : Percomorphi
Sub Ordo             : Percoidea
Family                  : Ikan kakap (Lutjanidae)
Sub Family           : Lutjaninae
Genus                   : Lutjanus

Spesies                 : Lutjanus boutton (Lacepede, 1802)
Gabar 1. Struktur morfologi ikan Kakap


Struktur mofologi atau tampilan luar dari ikan famili Ikan kakap (Lutjanidae) terdiri dari kumpulan sirip (Hiu, skates, rays, dan chimaeras) sirip yang didukung oleh tulang rawan radial yang memperpanjang dari tubuh dan tertanam dalam jaringan daging. Hal ini mirip seperti ikan Sarcopterygian (lungfishes dan Coelacanth) dan tergolong dalam kelompok ikan lobus-bersirip. Pada Sarcopterygian didukung dengan tulang rawan yang dapat tergantikan.  Pada ikan Actionoptarygian (the ray-finned fishes) didukung oleh tulang sirip yang bersinar dan tidak didukung oleh jaringan daging yang meluas ke sirip itu sendiri. Sebuah membaran yang dapat mendukung sisrip ikan yang lebih elastis dalam bermanuver. Sirip dorsal terletak di bagian pungguang atas, pada ikan Actionoptarygian terdiri dari beberapa jenis rayed, spined, or adipose. Kebnyakan ikan memiliki sisrip punggung rayed; Sirip anal terletak antara dubur dan anus, tidak ada tulang duri, merupakan tipe khususdari sirip. Namun, pada ikan jantang poeliisilid sirip anal telah dimodifikasi menjadi organ copulatory; Sirip Caudal memiliki struktur internal yang cukup rumit. Di dukung oleh tidak adanya tulang duri. Modifikasi tulang belakang yang paling posterior menampilkan kerangka aksial terhadap tulang ekor dari taksonomi besar dan sangat fungsional. Area yang sempit, secara khas pada ikan yang memisahkan jaringan otot umtama dari bagian ekor dan pangkal ekor. Bentuk sirip ekor memperlihatkan banyak peran dan fungsinya. Perbedaan ukuran lobus dorsal dan ventral  pada sirip ekor disebut heterocercal; Sirip pelvic terletak dibagian dada terdapat sepasang, posisinya bervariasi antar spesies, secara umum terletak diantara posterior dan ventral ke sirip dada. Fungsi dari sirip ini adalah untuk mengatur keseimbangan. Modifikasi secara ekstrim pada sirip ini adalah  untuk menarik ventral secara mandiri; Sirip pectoral  terdiri dari sepasang sirip tulang, letaknya pada garis pusat gravitasi berfungsi sebagai berbalik dan sebagai penyeimbang (Moura et al. 2007; Monteiro et al. 2009; Mayer et al. 2007).
Habitat dan Penyebaran
Ikan kakap termasuk salah satu jenis ikan yang hidup dan banyak dijumpai di perairan pantai, perairan karang, dan muara-muara sungai di seluruh di dunia terutama pada daerah subtropis. Habitat ikan merah (Lutjanus boutton) ditemukan di habitat karang, sehingga disebut juga sebagai ikan demersal (Manickchand et al. 1996; McPherson, 1992).
Michelle et al. (2010) menemukan pada tujuh jenis terumbu karang dapat dimanfaatkan oleh Ikan kakap dibandingkan dengan tingkat variasi intrafamili pada sejarah hidup untuk beberapa spesies yang siap panen. Di Hawai ikan kakap yang di introduksi pada tahun 1950an-1960an pada perairan dangkal dapat hidup dan berkembang, dari tiga jenis kakap yang di introduksi dapat berkembang dengan baik hingga saat ini (Randall 1987). Keberhasilan introduksi dari kakap ini terdokumentasi berdasarkan waktu awal hingga menyusuri pada setiap jalur lintasan sepanjang pesisir Hawai. Jalur yang dilintasi oleh salah satu jenis kakap putih  ini dapat dilihat pada gambar 2. Sekitar 3.170 ekor kakap putih menyusuri kepulawan Marquesas ke Hawai pada tahun 1955, dan 2.435 ekor pada tahun 1958 yang dirilis oleh Kaneohe Bay dan Oahu,  (Oda dan Parrish 1981; Randall 1987).
Gambar 2. Penyebaran ikan kakap blueline diperkenalkan (Taape, Lutjanuskasmira) di seluruh Kepulauan Hawaii. Sumber: Sladek Nowlis and Friedlander, 2004.

 
Kebiasaan Makan
Ikan kakap pada umumnya merupakan jenis ikan karnivora, makanannya terdiri dari ikan-ikan kecil, krustasea, invertebrate lainnya (FAO 1974). Makanan utama ikan merah adalah ikan, tetapi sering didapatkan makan udang, kepiting, stomatopoda, amphipoda dan Gastropoda.  Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Allen 1985) menyimpulkan bahwa kelompok ikan Famili Ikan kakap (Lutjanidae)ae merupakan ikan pemakan plankton (flankton feeder) yang bertolak belakang dengan hasil penelitian dari Biki (1988) yang menemukan ikan-ikan  Famili Ikan kakap (Lutjanidae) merupakan ikan karnivor yang makanan utamanya adalah krustase. Namun kebiasaan makan sangat dipengaruh oleh umur ikan (bukaan mulut), sehingga dugaan kuat terhadap ikan yang mengkonsumsi planton merupakan jenis ikan yang bukaan mulutnya masih kesil atau anakan ikan, sebelum merubah makanan utamanya sabagai karnivor (Michelle et al. 2009, Monteiro et al. 2009).
Perbedaan kebiasaan makan pada umumnya dipengaruhi oleh umur dan panjang ikan, terutama pada ikan-ikan akan mengalami perubahan diet umur dan ukuran tubuh, ukuran kecil cenderung memakan alga renik dan pada saat ukuran besar maka kebiasaan makan akan berubah (Michelle et al. 2010).
3.        Reproduksi dan Fekunditas
Analisa reproduksi merupakan dasar dari pengelolaan dan konservasi perikanan, salah satu tattangan terbesar adalah memenej data sumberdaya dengan tujuan konservasi paling tidak informasi sejarah awal hidup dan bagaimana mengelola spesies ikan tersebut. Dari berbagai kajian literatur tentang informasi reproduksi masih sangat minim pada lokasi penangkapan terutama di areal terumbu karang. Ukuran maksimal yang diteliti berkisar 60% yang terdiri dari 41 spesies yang diteliti Longenecker et al. (2010).
Begosi et al. (2011) menjelaskan bahwa  ikan kakap banyak bereproduksi pada musim semi di dasar perairan berbatu (terumbu karang), selain itu kakap juga memiliki GSI yang cukup tinggi yang menunjukkan adanya  aktivitas reproduksi, dan menunjukan bahwa telur yang dihasilkan juga sanagat tinggi di Porto Sauipe (Tabel 1) pada musim semi. Maka keterlibatan nelayan lokal sangat penting untuk penelitian biologi. Pengetahuan reproduksi tentang reproduksi pada berbagai literatur ilmuah umumnya masih langkah. Dari dasar hasil tangkapan nelayan yang diindentifikasi menunujukkan bahwa periode penangkapan harus dihentikan pada musim semi dan panas yang merupakan waktu bereproduksi.
Pemijahan kakap di daerah tropis pada umumnya terjadi setiap saat dan dapat terjadi sepanjang tahun,  pada banyak spesies. Puncak pemijahan bertepatan dengan periode musim panas dimana suhu air meningkat. Di Atlantik barat mencapai puncaknya pada musim panas, tetapi di daerah tropis terjadi pada musim semi dan musim gugur (Begosi et al. 2011, McPherson  et al. 1992, dan Grandcourt et al. 2006). Selain itu, pentingnya musim semi dan musim panas merupakan musim reproduksi ikan kakap, di sepanjang pesisir Brazil, beberapa diantaranya membentuk agregasi pemijahan seperti pada jenis kakap L.  analis Copacabana sangat penting untuk mempertimbangkan pengelolaan perikanan. Jenis ini dianggap terlalu banyak di eksploitasi dibandingkan dengan jenis kakap lainnya seperti dilihat pada table berikut :

Tabel 1. Data pemijahan beberapa spesies ikan kakap  di darah Brazil
Periode
L. analis
Copacabana
L. synagris
Bertioga
L. synagris
Maceio
L. vivanus P. Sauipe
L. synagris,
Paraty
Total
April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

November

Desember

Januari
12.50
0
0.00
11.1
0.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
0


0.00
0


50.0
0
13.33
0


0.00
0
20.00
0




100.00
0
















73.33
26.7






28.57
0




73.33
6.7








0.00
0




38.70
38.7

12.50
0
15.38
7.7
11.11
0
6.25
0
0.00
0
16.67
0
45.00
20.0
38.70
38.7
50.0
0
73.33
26.7
Atumn

Winter

Spring

Summer
5.88
5.88
0.00
0
0.00
0
0.00
0
50.00
0
11.11
0
20.00
0
100.00
0






73.33
26.7


28.57
0
73.33
6.7


0.00
0
38.70
38.7

14.29
4.8
6.73
0
40.267
26.0
68.42
21.1
Sumber : Begossi et al, 2011. Untuk telur ikan dan gonad jantan (sperma) yang diamati  dinyatakan dalam dan   %.
4.        Pertumbuhan dan Mortalitas
Kakap memiliki masa hidup yang relatif panjang, tingkat pertumbuhan rendah, dan tingkat mortalitas rendah dan dapat dicirikan sebagai strategi periodik (Winemiller dan Rose 1992). Pertumbuhan  Lutjanus  carponotatus adalah sangat cepat untuk dua tahun pertama dlam kehidupan,  melambat pada saat dua tahun ke berikutnya, dan bahkan tidak terjadi pertumbuhan sama sekali pada umur 4 tahun. Perlambatan dan penghentian pertumbuhan bertepatan dengan umur pada  dan saat mencapai dewasa masing-masing,  50% dan 100%, dan mendukung argumen Daya dan Taylor (1997) yang merupakan pematangan transformasi fisiologis penting dan mengakibatan perubahan mendasar pada lintasan pertumbuhan. Lebih lanjut mendukung argumen bahwa perkembangan alat reproduksi terjadi dengan mengorbankan pertumbuhan somatik pada musim pemijahan ternyata lagi rata-rata antara ikan yang lebih besar telah berhenti pertumbuhansomatik. Pertumbuhan dibatasi oleh umur dan ukuran yang besar Lutjanus dapat menjelaskan tingkat mortalitas konstan selama kelas umur panjang, mortalitas merupakan bagian dari fungsi dari ukuran tubuh (Roff 1992).
Setiap spesies memiliki pola pertumbuhan yang khas, dengan perbedaan umur dan  panjang maksimum (L ), artinya spesies yang lebih kecil umumnya tumbuh lebih cepat saat berumur 1-2 tahun dan spesies yang lebih besar tumbuh lebih lambat periode yang lebih lama. Jumlah angka motalitas juga bervariasi antara spesies; L. gibbus memiliki tingkat motalitas yang tinggi di ikuti L. fulvif Lamma, lebig rendah. Variabilitas yang mempengaruhi strategi sejarah kehidup ikan kakap (Lutjanidae) tropis tergeneralisasi yang agak sulit, tetapi fakta membuktikan bahwa dari tujuh karakteristik habitat yang didiami sangat rentan terhadap penangkapan sehingga perlu kehatia-hatian dalam proses pengelolaan perikanan tangkap.
Ditinjau dari hubungan panjang berat ikan (Lutjanidae) dikategorikan sebagai isometric (b 3) untuk tiga dari lima spesies yang diteliti hal ini membuktikan pertambahan banjang beriringan dengan pertambahan berat. Pertumbuhan paddletail dan stripey adalah alometrik, serperti dilihat pada (tabel 2.) parameter hubungan pertumbuhan panjang-berat pada umur 50% dan panjang maksimum 50% dari lima spesies ikan kakap (Lutjanidae) dari lokasi terumbu karang. Dengan niali a dan b merupakan parameter ke eretan hubungan (W=α x FLb) antara panjang garpu (FL), dan Berat (W). L∞  adalah panjang asimptotik, K merupakan nilai koefisien pertumbuhan dari Von Bertalanffy t0 merupakan umur teritik dari dari umur saat pertumbuhan awal, 1 estimasi tak terhingga, 2 estimasi dibatasi oleh t0 =0.
Dari kurava tangkapan berbasis umur oleh Ricker, (1975) dimana memperkirakan total tingkat motalitas seketika pada setiap spesies. Jumlah transformasi logaritme pada setiap kelas umur menunjukkan adanya penurunan terhadap kesesuaian kelas umur yang tertangkap, sedangkan hasil analisis secara regresi Z menunjukkan nilai slope (kemiringan) menurun kelas umur dimana pada saat sampling  awal berturut-turut umur tertua di utamakan kemudian di ikuti oleh nol frekwensi. Mortalitas juga dianalisa dengan menggunakan persamaan (Hoening, 1983) dalam mengestimasi populasi ikan dimana logeZ = 1.46-1.01 logetmax (dimana tmax adalah umur maksimum dalam tahun).
Tingginya mortalitas selain penangkapan semua frekwensi umur dan ukuran juga disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah “Tingginya kerusakan terumbu karang sebagai habitat”, “parasit yang saling merugikan antara inang dan host”,  “pemangsaan juga dapat mengakibatkan berkurangnya generasi yang berkelanjutan terutama pada saat juvenile dan anakan” (DeAlteris J. et al, 1996, Sean D. Connell, 1996, I.C. Enochs et al, 2008).   
2.        Rekruitmen
Rekruitmen dapat didefenisikan sebagai penambahan populasi pada ukuran umur yang sama, jika suatu populasi ikan tidak ada rekrutmen maka hal ini merupakan ancaman keberlanjutan stok pada waktu mendatangan. Keberhasilan rekruitmen sangat tergantung kepada tingakat keberhasilan reproduksi (spawning). Penggunaan eksplisit ketidak jelasan dalam Fauzzi set sangat berguna untuk menangani ketidak pastian yang menempel kepada kerentanan kepunahan (Akcakaya et al., 2000). Kerentanan suatu spesies tergantung pada ukuran dan umur dari spesies itu sendiri, sehingga dalam menangani ancaman kepunahan seharusnya diklasifikasikan dalam beberapa kategori kerentanan berdasarkan perbedaan karakteristik dan derajat keanggotaan yang berbeda. Logika fauzzi dapat di gunakan dalam ilmu perikanan dengan aplikasi yang dimulai dari penilaian potensi tingkah laku ikan dan mengidentifikasi sub potensi, penilaian spesies serta menilai resiko stok terutama di daerah Pasifik (Silla 1996; Mackinson et al. 1999; Chen 2001; Zhang 1994; dan Tinch 2000).
Kelimpahan kakap ditentukan oleh perekrutan larva yang relative, kolonisasi remaja dan dewasa, predasi dan persaingan tempat perlindungan (Swearer et al. 1999). Ikan kakap juga menurun rekruitmennya berkorelasi dengan penurunan logaritmis anatar terumbu (Sammarco et al. 2006). Ketahanan karakteristik habitat yang kuat dapat mencakup dua faktor intrinsik yaitu ekologi dan biologi merupakan potensi sukses rekruitmen seperi parameter fisik yang dapat mendukung penyebaran larva yang efektif  (West dan Salm 2003). Pada daerah yang menunjukan ketahanan atau atau faktor ketahanan relatif terhadap gangguang faktor regional dan perubahan iklim. Dapat memaksimalkan dengan baik reruitmen yang kuat dan handal dari semua spesies dalam ekosistem dan kemungkinan akan sebagian rekruitmen akan benih disekitarnya. Perlindungan situs penting untuk reproduksi (nurseries, spawning areas, egg sources) dan perlindungan daerah yang akan menerima rekruitmen dan menjadi sumber potensi masa depan dan target penting pemijahan adalah untuk membangun kawasan perlindungan laut secara mandiri. Ikan agregasi pemijahan sangat penting dalam siklus hidupnya yang menggunakan strategi reproduksi dan rentan terhadap eksploitasi berlebihan. Agregasi Pemijahan diketahui lebih dari 120 spesies ikan karang, pada 20 famili yang berbeda, termasuk surgeonfishes, Ikan, goatfishes, ikan kakatua, ikan kerapu, ikan baronang dan kakap (SCRFA 2007).
Larva "sumber," jika mereka dapat diidentifikasi, membuat kawasan perlindungan laut yang lebih baik dari keberhasilan populasi (Roberts 1997), terlepas dari apakah tujuannya adalah konservasi keanekaragaman hayati atau manajemen perikanan. Kawasan perlindungan laur merupakan strategis suatu daerah dengan untuk mempertahankan sumber populasi bukan hanya dapat mempertahankan rekruitmen dan larva untuk mempertahankan populasi lokal, tetapi juga dapat berfungsi untuk mengekspor surplus larva ke daerah lain. Sumber daerah berfungsi sebagai tempat perlindungan dari penangkapan ikan.


III.      PENUTUP
Kesimpulan
·         Ikan kakap Family (Lutjanidae), merupakan ikan demersal pada tahap juvenile hidup dan berasosiasi pada padang lamun dan arel mangrove, ketika dewasa akan hidup pada daerah terumbu karang yang merupakan habitatnya.
·         Pertumbuhan dari kakap pada awal hidipnya cukup cepat antara 1-2 tahun umurnya, kemudian diatas 2 tahun sudah mulai melambat kembali. Umur maksimum berkisar 30 tahun dan dikategorikan sebagai ikan yang berumur panjang, serta pajang disaat matang gonad adalah 535 mm.
·         Kebiasan makan dari ikan kakap aktif pada siang dan malam hari, kakap dikatogorikan sebabagi ikan predator (karnivora) namun pada ukuran juvenile memakan fotoplankton dan tumbuhan mikroskopis.
·         Rekruitmen sering terganggu oleh aktifitas penangkapan, pemangsaan pada saat juvenile, parasit dan kerusakan ekosistem karang sebagai habitatnya.
·         Pemijahan kakap di daerah tropis terjadi sepanjang tahun puncak maksimum musim panas, sedangkan pada daerah subtropis pemijahan hanya terjadi pada musim panas dan musim semi.
   




3.       
DAFTAR PUSTAKA
Alpina B., Salivonchyk S.V., Araujo L. G., Andreoli T. B., Clauzet M., Martinelli C. M., Allan GL Ferreira. Luiz EC Oliveira1,6, Renato AM Silvano. 2011. Ethnobiology of snappers (Ikan kakap (Lutjanidae)ae): Target Species and Suggestions For Management. Journal of ethnobiology And ethnomedicine.
Allen, G.R, 1985. Food and Agriculture Organization Spesies Catalogue. Snapper Of The World. Volume VI, Food And Agriculture Organization Of The United Nation. Rome. 189 p.
Alan T. W., Laffoley D., Kilarski S., Gleason M., Smith S., Llewellyn G., Day J., Hillary A,. Wedell V., and Pee Daphine., 2008. Establishing Resilient Marine Protected Area Networks-Making It Happen. The World Conservation Union (IUCN). Washington, D.C. ISBN: 978-2-8317-1090-7.
Connell S.D. 1996. The Relationship Between Large Predatory Fish And Recruitment And Mortality Of Juvenile Coral Reef-Fish On Artificial Reefs. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology, 209(1997)261-278.
Cheung  W. W. L., Pitcher  Tony J. and Pauly  D., 20004.  A Fuzzy Logic Expert System For Estimating The Intrinsic Extinction Vulnerabilities Of Seamount Fishes To Fishing.  Fisheries Centre, The University of British Columbia. 2259 Lower Mall, Vancouver, B.C., V6T 1Z4, Canada.
DeAlteris J. and Riedel R., 1996. Effect of Size Selection Within and Between Fishing Gear Types on the Yield and Spawning Stock Biomass Per Recruit and Yield Per Unit Effort for a Cohort of an Idealized Groundfish. J. Northw. Atl. Fish. Sci., Vol. 19: 73–82
Enochs I.C.., Hockensmith G., Effects Of Coral Mortality On The Community Composition Of Cryptic Metazoans Associated With Pocillopora Damicornis. Proceedings of the 11th International Coral Reef Symposium, Ft. Lauderdale, lorida, 7-11 July 2008 Session number 26.
Friedlander A., Kobayashi D., Bowen B., Meyers C., Yannis P., DeMartini E., Parrish F., Treml E., Currin C., Hilting A., Weiss J., Kelley C., O’Conner R., Parke M., Clark R., Toonen R., and Wedding L. 2009. Connectivity and Integrated Ecosystem Studies. A Marine Biogeographic Assessment of the Northwestern Hawaiian Islands.
FAO, 1974. Spesies Identification Sheets for Fishery Purposes Eastren Indian Ocean and Westren Central Pasific. Volume II. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome. Pp: 1-47.
Moura, R. L. & K. C. Lindeman. 2007. External Anatomy & Taxonomy. Ichthyology Labolatory. Brazil 1422: 31-43.
Michelle R. Heupel, Leanne M. Currey, Ashley J. Williams, Colin A. Simpfendorfer, Aaron C. Ballagh and Ann L. Penny. 2009. The Comparative Biology of Ikan kakap (Lutjanidae) Species on the Great Barrier Reef. Fishing and Fisheries Research Centre School of Earth and Environmental Sciences James Cook University, Townsville. Supported by the Australian Government’s Marine and Tropical Sciences Research Facility Project 4.8.3 Evaluation of the resiliency of key inter-reefal fish species.
Manickchand-Heileman, S. C. & D. A. T. Philipp. 1996. Reproduction, age and growth of the Caribbean red snapper (Lutjanus purpureus) in waters of Trindade and Tobago. Pp. 137- 149. In: Arreguín-Sanchez, F., J. L. Munro, M. C. Balgos & D. Pauly (Eds.). Biology, fisheries and culture of tropical groupers and snappers. ICLARM Co. Proc nf. Campeche, Mexico, 48: 449p.
Michelle R. Heupel., Ann Penny., Ashley J. Williams.,Jacob P Kritzer., David J. Welch.,  Ross J. Marriott., Campbell R. Davies., and  Bruce D. Mapstone. 2010. Demographic Characteristics Of Exploited Tropical Ikan kakap (Lutjanidae)s: A Comparative  Analysis. School of Earth and Environmental Sciences James Cook University.
Kritzer, J.P. 2004. Sex-specific growth and mortality, spawning season, and female maturation of the stripey bass (Lutjanus carponotatus) on the Great Barrier Reef. Fishery Bulletin 102:94-107.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar