Senin, 27 September 2010

Phylum Acanthocephala

     Acanthocephala berasal dari bahasa yunan Acanthos "duri" dan Kephale "kepala" merupakan invertebrata sepanjang hidupnya sebagai parasit. Acanthocephala disebut juga sebagai cacing kepala duri, bagian kepala cacing Acanthocephala yang disebut probiscus, kemudian bagian leher dan tubuh. Bentuk tubuh Acanthocephala adalah selindris memanjang ukurannya kurang lebih 1-2 cm, kecuali jenis Gigantorhynhus figas 10-65 cm. Jumlah spesies 1.150 telah diuraikan.  Jenis host (inang) Acanthocephala sebagai medium di antranya adalah Invertebrata, bertebrata, burung dan mamalia. Duri yang terdapat pada proboscis merupakan senjata yang berbentuk seperti mata kail berfungsi sebagai pengait dan menempelkan dirinya pada bagian usus host (inang). Acanthocephala adalah jenis parasit yang sangat kompleks siklus hidupnya, dikatakan kompleks karena mampu hidup dalam jaringan fisiologi hostnya serta mempunyai kemampuan hidup tanpa oksigen (anaerob). Artikel pertama tentang phylum Acantocephala ditulis pertama kali adalah ilmua asal Italia yakni :  Francesco Redi pada tahun 1684, kemudian pada tahun 1771 oleh Koelreuther mengusulakan namanya "Acanthocepala, Muller independetly memanggil mereka Echinorhynchus pada tahun 1776. Rudolphi tahun 1809 secara resmi bernama mereka Acanthocephala.

     Acanthocephala merupakan salah satu kelompok aschelminthes yang semua anggotanya hidup sebagai endoparasit yang memerlukan dua hospes dalam daur ‘hidupnya. Stadium dewasa muda hidup sebagai parasit pada crustasea dan insekta, sedangkan stadium dewasanya hidup di dalam saluran pencernaan vertebrata, khususnya ikan . Pada yang dewasa, tubuhnya dibedakan menjadi tiga bagian yaitu : probosis, leher, dan badan. Tubuh pada umumnya berukuran kecil yaitu hanya mencapai beberapa cm. Individunya bersifat diesis, organ kelamin jantan dan betina terpisah. Reproduksinya dengan cara seksual (kopulasi), dan fertilisasinya internal. Pada umumnya acanthocephala tidak mempunyai sistem ekskretori yang khusus, dinding tubuhnya tidak dilapisi oleh kutikula, dan mempunyai otot sirkular dan longitudinal, sistem sirkulasinya dengan sistem saluran lakuna.

Siklus Hidup

Acanthocephala memiliki siklus hidup yang kompleks, melibatkan beberapa host pada tahap perkembangannya. Hospes awal pertama adalah moluska. Dalam hospes perantara Acanthocephala bergek masuk melalui rogga tuguh ke dalam usus, kemudian pada tahap ini akan melakukan transformasi infektif. Parasit kemudian dilepaskan pada tahap dewasa oleh hospes pertama ketika dilepaskan parasit ini akan membentuk dirinya seperti bulatan sehingga host berikutnya menelannya sebagai makanan hingga ke usus, dalam usus parasit ini akan berkembang hingga dewasa. belalai atau duri yang terdapat pada proboscis akan berkembang hingga menancap diding usus host lebih lama semakin kuat.Pada tahap ini semua organ siap untuk bereproduksi sebab kecapatan tumbuh dan berkembang lebih matang, kemudian tumbuh dan berkembang pula organ seksnya. Cacing jantan akan melakukan hubungan seks menggunakan eksresi kelenjar ke alat kelamin betina, kemudian perkembangan embrio pada seekor betina dan terjadilah siklus kehidupan baru.

Ekologo Acanthocephala 

Dua pakar parasit rusia (Pavlovski 1934, dan Dogiel 1964) lebih lanjut menegasterdapat dua jenis lingkungan hidup bagi parasit dianatarnya adalah :
  1. Lingkungan makro (internal host)  : yaitu lingkungan dimana parasit hidup dalam fisiologi hewan inangnya (host)
  2. Lingkungan ekternal : yaitu hidup dan berkembang pada alam bebas.
    Namun, Andrewartha & Birch (1954)  dalam buku mereka mendefenisikan sebagai: adalah ilmu yang mempelajari faktor yang mempengaruhi distribusi dan kelimpahan organisme ( kelimpahan, dan persaingan sebab jika tidak adanya spesies maka tidak ada kelimpahan). Mereka menganggap faktor-faktor di bawah judul seperti makanan, tempat tinggal dan dampak dari spesies lain,  bukan pendekatan yang mudah untuk parasit seperti yang kita ketatahu memang tentang persyaratan makanan dan likungan hidup. Tujuannya adalah untuk menjelaskan distribusi dan kelimpahan Acanthocephala pada tempat dan waktu tertentu, jika kita mempelajari pada skala individu, populasi dan komunitas secara spasial yang berbeda seperti pada skla lokal, regional dan global secara tahunan agar dapat memprediksi dalam kurun waktu tertentu atau waktu musiman.

    Dalam menilai ekologi pada organisme tertentu maka langkah awal yang harus kita telusiri adalah siklus hidupny, sebab dalam dunia parasit sangatlah penting. Secara umum distribusi Acanthocephala secara geografis melalui melalui inang (host) mereka, sehingga dapat kita prediksi penyebaran dan distribusi secara merata atau tidak tergantung pada penyebaran hostnya.

Klasifikasi :

Klasifikasi yang dilakukan oleh Kohlreuther, 1771:

Kingdomh        : Animalia
Subkingdom    : Eumetazoa
Unraked           : Bilateria
Superphylum  : Platyzoa
Classes             : Archiacanthocephala
                          : Eouacanthocephala 
                          : Palaecanthocephala


Seksualiatas Acanthocephala

     Struktur alat reproduksi pada Acanthocephala bagian belakang belalai ke arah belakang tubuh (ekor) yang disebut ligamen. Pada jantan, terdapat dua testis yang berada pada bagian sisi. Pada saat vas terbuka akan menghasilkan tiga diverticula atau seminales vesiculae. Pada jantan juga memiliki tiga pasang kelenjar semen berapa dibagian belakang alat kelamin (testis), yang mensekresi kesaluran deferentia vasa. Kemuadian menjulur keluar pada saat posterior terbuka. 

    Sedangkan pada betina terdapat sel telur, seperti pada alat reprodukisi pada jantan berbentuk bulat memanjang sepanjang ligamen. Sejumlah ovarium masuk melalu saluran rongga ke tubuh dan kemudian mengapunga besama fluida. Kemudian, telur dibuahi sehingga terbentuknya embrio muda di dalam rahim. Pada saluran ke rahim terdapat dua lubang kecil yang terletak pada bagian punggung, sehingga embrio yang lebih matang akan melewati kedua lubang ini ke rahim, kemudian telur keluar melalui saluran tubuh. Bagamana dengan ovarium ataupun embrio yang lebih muda melewati kedua lubang sehingga tidak mengendap didalamnya ? jika berhasil lolos melalui rongga ke tubuh atau keluar melalui terbukanya kedua lubang kecil punggungnya.
 
Embrio yang lolos pada induknya akan keluar bersamaan dengan kotoran pada melalui saluran pencernaan inangnya.

Sistem Syaraf

1. Terdapat ganglion dibalik belalai atau septum
2. Terdapat dua pasang posterior penghubung tubuh
3. Ada otot syaraf yang kompleks disebut retinakulim dan
4. Terdapat genital ganglion yang tersebar pada jaringan otan pejantan


Kegunaan Dalam Dunia Kesehatan 

Digunakan sebagai sistem imun bergagai macam jenis penyakit terutama sistem kekebalan tubuh.
 

 

     

Minggu, 05 September 2010

PENCEGAHAN, PENANGGULANGAN, PENGENDALIAN DAN PEMANFAATAN NYMPHAEA

1.      Pencehan
Keberhasilan program pengendalian dan pengelolaan gulma tergantung pada spesies, kemampuan penyebaran dan usaha yang diterapkan. Biasanya memerlukan tindakan yang tepat dalam menerapkan pemberlakuan dan penegakan hukum dan peraturan uang tepat. Pelaksanaan undang-undang karantina yang tepat untuk pengelolaan gulma air yang efektif.
Upaya untuk mencegah blooming tumbuhan air dengan cara melindung vegetasi lahan basah di sekitar berairan sebagai barier  untuk mengendapkan bahan organik dan meyerap unsure hara seperti N dan P sebagai pembatas. Penentuan dan praktek pengelolaan terbaik adalah tergantung dari teknik dan langkah-langkah structural yang digunakan pada kondisi tertentu untuk meningkatkan kualitas limpasan non-point dengan biaya dan cara yang efektif. Praktek terbaik adalah mengelola sumber yang dianggap sebagai ancaman secara integritas dan multi sektoral.
Upaya pengelolaan metode tidak langsung mencegah terjadinya terjadinya pertumbuhan gulma yang tak terkendali dengan cara memanipulasi faktor lingkungan tertentu. Pendekatan ini memerlukan pengetahuan tentang hubungan spesies dan komunitas gulma yang menyebabkan permasalahan, tingkat perbedaan faktor yang dimanipulasi, dan bagaimana pengaruhnya terhadap komponen dari ekosistem. faktor penting lain adalah mempertimbangkan  holocoenotic dari ekosistem, ketika merancang prosedur pengelolaan sehingga pada akhirnya faktor penentu pemantauan perubahan yang terjadi tidak hanya pada vegetasi, tetapi juga komponen kritis yang sangat sensitive dari system sehingga prosedur manipulasi di atur dengan baik. Salah satu dinataranya adalah membentuk dasar praktek pertanian yang ramah lingkungan dengan cara penggunaan pupuk yang lebih efisien, pengelolaan lahan disekitar ekosistem serti menajemn hutan.
2.      Penaggulangan dan Pengendalian
Penanggulangan dan pengendalian gulma air dengan pendekatan terpadu yang melibatkan manipulasi beberapa faktor lingkungan, dengan pendekatan metode konvensional. Penggunaakan metode yang diterpkan tergantung pada informasi tentang respon komponen biotik dari system untuk faktor lingkungan lain dan keterkaitannya dengan semua faktor musim dalam satu tahun. Sayangnya pada kebanyakan kasus masih jauh dari kesadaran.  Metode-metode konvensional yang biasa digunakan dalam pengendalian dan penanggulangan diantaranya adalah :
·         Kimiawi
Pengendalian secara kimia pada umumnya menggunakan bahan kimia seperti herbisida (glyphosate) terutama terhadap gulma yang mengambang. Namun aplikasi penggunaan herbisida ini akan berdapak terhadap pendangkalan ekosistem karena bangkai gulma akan di endapkan di dasar perairan. Setelah penggunaan herbisida perlu ada pemanenan untuk menekan damapak yang lebih besar. Selain itu jika dosisnya lebih tinggi ada permasalahan lain seperti pencemaran.
·         Kultural
Konsep kultural sangat berkaitan dengan kesadaran masyarakat lokal terkait dengan dampak gulma air terhadap keberlanjutan dan keseimbangan ekosistem, sehingga ada upaya untuk dapat pengendalian. Untuk menciptakan kesadaran masyarakat lokal maka perlua adanya komunikasi dan pendidikan tentang potensi ancaman dan dampak yang harus di hindari, pendidikan dan pendekatan publik juga bisa menjadi sebuah strategi yang efektif dalam pengendalian gulma air. Metode ini di terpkan dalam beberapa aplikasi diantaranya adalah :
1)      Pengahalang bawah juga dikenal sebagai layar bawah dapat di terapkan untuk menutupi gangguan vegetasi perairan. Teknik ini hanya berlaku untuk kontrol lokal dan pada daerah yang relative kecil. Namun dari beberapa laporan menyebutkan keberhasilan dari metode ini tidak konsisten.
2)      Mengeruk berdasarkan  kebiasaan lily putih hanya tumbuh pada daerah dangkal sehingga upaya pengontrolan dengan cara mengeruk untuk memperdalam danau sehingga tidak memungkinkan pertumbuhannya. Namun metode ini terbentur dengan biaya yang tinggi.
·         Manual dan Mekanik
Praktek tradisionaluntuk mengontrol gulma air secara manual kurang memadai. Hal ini disebabkan karena kesulitan dalam menetapakn standarisasi operasi kerja dari berbagai biomassa dan efisiensi dalam hal ouput kerja mengakibatkan biyaya yang bervariasi untuk merapkan metode ini dari satu daerah ke daerah lainnya. Pengendalian secara mekanik dapat dilakukan dengan pemotongan dan pemanenan, namun dengan cara memotong kemudian harus dikeluarkan dari perairan. Dalam kedua metode ini akan menciptakan perairan lebih terbuka. Akan tetapi tumbuhan air terutama nymphaea tumbuh pada daerah perairan dangkal dengan cepat, sehingga dalam setahun perlu dilakukan beberapa kali. Ada salah satu metode rotitiling pada kolom air dapat mengendalikan pertumbuhan nymphaea, namun penggunaan metode ini membutuhkan biaya yang tinggi.
Penanggulangan secara fisik merupakan metode yang paling tua diterapkan secara umum di seluruh dunia, dengan metode ini bebas dari residu masalah pencemaran. metode fisik ini terdiri dari upaya manual yang meliputi : Pengerukan di legkapi dengan alat pengeruk, namun proses ini meninggalkan banyak lumpur dan prosesnya lambat, Pengeringan, menyiangi, mengikat, membakar, memotong, memotong dan memanen
·         Biokontrol
Pada umumnya pengendalian secara biologi yaitu dengan mengunakan bioindikator yang dapat mengkonsumsi nymphaea diantaranya adalah serangga seperti kutu daun  dan ikan mas jenis triplod. Berdasarkan ekperimen yang dilakuakan oleh universitas Washington dengan menggunakan peran dari ikan mas dapat mengendaliakan pertumbuhan dari bunga lyli putih (nymphaea). Sehingga dengan hasil ini mereka dapat merekomendasikan pengelolaan nymphaea secara efektif dengan menggunakan ikan mas. Hingga saat ini kontrol biologi yang efektif selain dengan menggunakan ikan mas, akan tetapi kekumngkian jenis ikan lain yang lebih efektif dibandingkan dengan ikan mas.
3.      Pemanfaatan

Nymphaea sering dimanfaatkan sebagai pakan ternak, tanaman hias, dan bahan farmasi sehingga beberpa Negara seprti Turky berusaha untuk mengembangbiakkan nymphaea karena beberapa tahun terakhir mengalami penurunan akibat dari urbanisasi dan industrialisasi yang mengancam habitatnya. Sehingga ada upaya untuk mengembangbiakan dengan cara vegetative melalui rhizome, agar dapat menghasilkan pertumbuhan populasi yang seragam. Selain itu perkembangbiakan melalui biji juga sangat penting untuk menjaga keragaman genetic, melestarikan spesies  dengan cara yang efektif.