Intisari: Ikan kakap merupakan
salah satu jenis ikan karang yang memiliki nilai ekonomis penting. Habitat ikan
kakap ditemukan di perairan tropis terutama pada kawasan sekosistem terumbu
karang. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengkaji
faktor lingkungan dan biologi secara
deskriptif ikan Kakap (Lutjanidae) sebagai dasar untuk
pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan. Metode yang digunakan
dalam penulisan ini adalah kajian literature ilmiah (studi pustaka) ikan Kakap (Lutjanidae). Berbagai persoalan yang dapat
mengancam keberadaan Ikan kakap diantaranya adalah kerusakan ekosistem baik
sebagai haitat maupun tempat berpijah dan tempat asuhan. Permasalahan lain yang
juga tidak kalah penting adalah tingkat eksploitasi yang lebih (Over Fishing). Informasi tentang ancman
dan biologi ikan kakap sangatlah penting dalam merumuskan pengelolaan yang
efektif dan berkelanjutan.
1.
Latar
Belakang
Famili Ikan kakap (Lutjanidae) terdiri dari beragam spesies dengan ukuran berbeda dan bentuk tubuh
yang berbeda. Famili kurang lebih 103 spesies, sehingga salah satu famili
ikan beragam dan terbesar di atara ikan-ikan
lain. Ikan kakap (Lutjanidae) ditemukan di perairan tropis dan sering dikaitkan dengan habitat terumbu
(Allen 1985). Kakap
merupakan ikan yang memiliki nilai komersil yang tinggi baik di bidang perikanan
tangkap dan rekreasi, namun permasalahan saat ini adalah
eksploitasi yang tak terkendali (Newman dkk
1996; Kaunda-Arara
dan Ntiba 1997;
Marriott dan Mapstone 2006;. Amezcua et al
2006). Karena nilai
perikanan yang tinggi, ada kekhawatiran tentang laju ekpoitasi yang meningkat sehingga
mengancam tingakt keberlangsungan
populasi ikan kakap (Lutjanidae). Perilaku agregatif
dan distribusinya
di kawasan terumbu karang sehingga
ikan Ikan kakap
(Lutjanidae) sangat rentan terhadap eksploitasi.
Secara umum ikan kakap memiliki
laju pertumbuhan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ikan laut lainnya dan merupakan komoditas perikanan yang
mempunyai prospek yang dapat mendukung pengembangan budidaya di masa datang. Kelompok
ikan dari famili Ikan kakap (Lutjanidae)ae pada umumnya menempati wilayah
perairan dengan substrat sedikit berkarang dan banyak tertangkap pada kedalaman
antara 40-70 m terutama untuk yang berukuran besar, ikan muda yang masih
berukuran kecil biasa menempati daerah hutan bakau yang dangkal atau
daerah-daerah yang banyak ditumbuhi oleh rumput laut (Widodo et al.,
1991 dalam Herianti dan Djamal, 1993). Grimes (1987) menyatakan Kelompok
ikan kakap umumnya hidup di perairan dengan substrat dasar sedikit berkarang,
pada ke dalaman antara 40-100 m, sedangkan ikan-ikan muda didapatkan di daerah hutan
bakau, rumput laut, dan karang-karang dangkal.
Sampai saat ini
informasi tentang sejarah hidup dan distribusi tentang ikan kakap masih sangat
jarang newman et al. 1996; 2000;
kaunda-arara dan Ntiba 1997; Marriot dan Mapstone 2006; Amezcua et al. 2006; Marriot et al. 2007). Walaupun banyak penetian
yang dilakukan terhadap famili Ikan kakap (Lutjanidae)ae di Meksiko (Arreguín-Sánchez and
Manickchand-Heileman 1998; Amezcua et al. 2006), Kenya (Kaunda-Arara and
Ntiba 1997), Amerika Serikat (Meyer et al. 2007), Jepang (Shimose and
Tachihara 2005), the Great Barrier Reef (Newman et al. 1996, 2000;
Marriott and Mapstone 2006; Marriott et al. 2007), teluk arab (Grandcourt et al. 2006)
dan pusat samudara hindia (Pilling et al. 2000), banyak spesies yang wajar dan perbandingan antar spesies
yang masih terbatas. Sedikit data yang menunjukkan bahwa setidaknya ada beberapa spesies ikan kakap (Lutjanidae)
berumur panjang dengan rentang hidup lebih dari tiga puluh tahun.
2. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini dalah
untuk mengkaji faktor lingkungan dan biologi secara deskriptif melalui literature ilmiah
baik jurnal maupun teks book tentang ikan
kakap (Lutjanidae) sebagai dasar untuk pengelolaan sumberdaya perikananyang
berkelanjutan.
3.
Manfaat
Manfaat
yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan
tentang ekologi dan biologi ikan terutama famili Ikan kakap (Lutjanidae) bagi
diri sendiri dan diharapkan menjadi konsumsi bagi khalayak umum yang
membutuhkannya.
PEMBAHASAN
Menurut (Newman et al. 1996; 2000; Kritzer 2004;.
Grandcourt et al. 2006),
sejarah awal hidup dari famili
ludjanidae sangat penting diketahui mengingat pertubuhannya sangat cepat di
tahun pertama. Waktu sampiling sangat penting dalam menentukan hubungan panjang
berat dan frekwensi umur pada semua jenis sampel yang diperoleh. Tingakat
ketelitian yang tinggi dalam menentukan umur dan data pertumbuhan pada sampel
secara biologi pada perbedaan umur dan tingkat pertumbuhan meskipun dalam
ukuran yang sama. Selain itu, distribusi dari famili ludjanidae sangat penting
diketahui untuk dapat mengestimasi kesesuaian habitas dan faktor pembatasnya
yang meliputi reproduksi, kabiasaan makan dan dan faktor biologi lainya yang
dapat mempengaruhinya.
1.
Klasifikasi
dan Ciri Mofologi
Menurut Weber dan De
Beaufort (1929) serta Saanin (1968), klasifikasi ikan merah adalah sebagai
berikut :
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Percomorphi
Sub Ordo : Percoidea
Family : Ikan kakap (Lutjanidae)
Sub Family : Lutjaninae
Genus : Lutjanus
Spesies : Lutjanus boutton
(Lacepede, 1802)
Gabar 1.
Struktur morfologi ikan Kakap
Struktur mofologi atau tampilan luar dari ikan famili Ikan
kakap (Lutjanidae) terdiri dari kumpulan sirip (Hiu,
skates, rays, dan chimaeras) sirip yang didukung oleh tulang rawan radial yang
memperpanjang dari tubuh dan tertanam dalam jaringan daging. Hal ini mirip
seperti ikan Sarcopterygian (lungfishes
dan Coelacanth)
dan tergolong dalam kelompok ikan lobus-bersirip. Pada Sarcopterygian didukung
dengan tulang rawan yang dapat tergantikan. Pada ikan Actionoptarygian (the
ray-finned fishes) didukung oleh tulang sirip yang bersinar dan tidak didukung
oleh jaringan daging yang meluas ke sirip itu sendiri. Sebuah membaran yang
dapat mendukung sisrip ikan yang lebih elastis dalam bermanuver. Sirip dorsal
terletak di bagian pungguang atas, pada ikan Actionoptarygian terdiri dari
beberapa jenis rayed, spined, or adipose. Kebnyakan ikan memiliki sisrip
punggung rayed; Sirip anal terletak antara dubur dan anus, tidak ada tulang
duri, merupakan tipe khususdari sirip. Namun, pada ikan jantang poeliisilid
sirip anal telah dimodifikasi menjadi organ copulatory; Sirip Caudal memiliki
struktur internal yang cukup rumit. Di dukung oleh tidak adanya tulang duri.
Modifikasi tulang belakang yang paling posterior menampilkan kerangka aksial
terhadap tulang ekor dari taksonomi besar dan sangat fungsional. Area yang
sempit, secara khas pada ikan yang memisahkan jaringan otot umtama dari bagian
ekor dan pangkal ekor. Bentuk sirip ekor memperlihatkan banyak peran dan
fungsinya. Perbedaan ukuran lobus dorsal dan ventral pada sirip ekor disebut heterocercal; Sirip pelvic terletak dibagian dada terdapat sepasang,
posisinya bervariasi antar spesies, secara umum terletak diantara posterior dan
ventral ke sirip dada. Fungsi dari sirip ini adalah untuk mengatur
keseimbangan. Modifikasi secara ekstrim pada sirip ini adalah untuk menarik ventral secara mandiri; Sirip pectoral
terdiri dari sepasang sirip tulang,
letaknya pada garis pusat gravitasi berfungsi sebagai berbalik dan sebagai
penyeimbang (Moura et al. 2007;
Monteiro et al. 2009; Mayer et al. 2007).
Habitat
dan Penyebaran
Ikan kakap termasuk salah satu
jenis ikan yang hidup dan banyak dijumpai di perairan pantai, perairan karang,
dan muara-muara sungai di seluruh di dunia terutama pada daerah subtropis.
Habitat ikan merah (Lutjanus boutton) ditemukan di habitat karang,
sehingga disebut juga sebagai ikan demersal (Manickchand et al. 1996; McPherson, 1992).
Michelle
et al. (2010) menemukan pada tujuh
jenis terumbu karang dapat dimanfaatkan oleh Ikan kakap dibandingkan dengan
tingkat variasi intrafamili pada sejarah hidup untuk beberapa spesies yang siap
panen. Di Hawai ikan kakap yang di introduksi pada tahun 1950an-1960an pada
perairan dangkal dapat hidup dan berkembang, dari tiga jenis kakap yang di
introduksi dapat berkembang dengan baik hingga saat ini (Randall 1987). Keberhasilan
introduksi dari kakap ini terdokumentasi berdasarkan waktu awal hingga
menyusuri pada setiap jalur lintasan sepanjang pesisir Hawai. Jalur yang
dilintasi oleh salah satu jenis kakap putih
ini dapat dilihat pada gambar 2. Sekitar 3.170 ekor kakap putih menyusuri
kepulawan Marquesas ke Hawai pada tahun 1955, dan 2.435 ekor pada tahun 1958 yang
dirilis oleh Kaneohe Bay dan Oahu, (Oda dan Parrish 1981; Randall
1987).
Gambar 2. Penyebaran ikan kakap blueline diperkenalkan
(Taape, Lutjanuskasmira) di seluruh Kepulauan Hawaii. Sumber: Sladek Nowlis and
Friedlander, 2004.
Kebiasaan
Makan
Ikan kakap pada umumnya merupakan jenis
ikan karnivora, makanannya terdiri dari ikan-ikan kecil, krustasea,
invertebrate lainnya (FAO 1974). Makanan utama ikan
merah adalah ikan, tetapi sering didapatkan makan udang, kepiting, stomatopoda,
amphipoda dan Gastropoda. Dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh (Allen 1985) menyimpulkan bahwa kelompok ikan Famili Ikan kakap (Lutjanidae)ae
merupakan ikan pemakan plankton (flankton feeder) yang bertolak belakang dengan
hasil penelitian dari Biki (1988) yang menemukan ikan-ikan Famili Ikan kakap (Lutjanidae)
merupakan ikan karnivor yang makanan utamanya adalah krustase. Namun kebiasaan
makan sangat dipengaruh oleh umur ikan (bukaan mulut), sehingga dugaan kuat
terhadap ikan yang mengkonsumsi planton merupakan jenis ikan yang bukaan
mulutnya masih kesil atau anakan ikan, sebelum merubah makanan utamanya sabagai
karnivor (Michelle et al. 2009, Monteiro et al.
2009).
Perbedaan kebiasaan makan pada
umumnya dipengaruhi oleh umur dan panjang ikan, terutama pada ikan-ikan akan
mengalami perubahan diet umur dan ukuran tubuh, ukuran kecil cenderung memakan
alga renik dan pada saat ukuran besar maka kebiasaan makan akan berubah (Michelle
et al. 2010).
3.
Reproduksi
dan Fekunditas
Analisa
reproduksi merupakan dasar dari pengelolaan dan konservasi perikanan, salah
satu tattangan terbesar adalah memenej data sumberdaya dengan tujuan konservasi
paling tidak informasi sejarah awal hidup dan bagaimana mengelola spesies ikan
tersebut. Dari berbagai kajian literatur tentang informasi reproduksi masih
sangat minim pada lokasi penangkapan terutama di areal terumbu karang. Ukuran
maksimal yang diteliti berkisar 60% yang terdiri dari 41 spesies yang diteliti
Longenecker et al. (2010).
Begosi
et al. (2011) menjelaskan bahwa ikan kakap banyak bereproduksi pada musim
semi di dasar perairan berbatu (terumbu karang), selain itu kakap juga memiliki
GSI yang cukup tinggi yang menunjukkan adanya aktivitas reproduksi, dan menunjukan bahwa
telur yang dihasilkan juga sanagat tinggi di Porto Sauipe (Tabel 1) pada musim
semi. Maka keterlibatan nelayan lokal sangat penting untuk penelitian biologi.
Pengetahuan reproduksi tentang reproduksi pada berbagai literatur ilmuah
umumnya masih langkah. Dari dasar hasil tangkapan nelayan yang diindentifikasi
menunujukkan bahwa periode penangkapan harus dihentikan pada musim semi dan
panas yang merupakan waktu bereproduksi.
Pemijahan kakap di
daerah tropis pada umumnya terjadi setiap saat dan dapat terjadi sepanjang
tahun, pada banyak spesies. Puncak
pemijahan bertepatan dengan periode musim panas dimana suhu air meningkat. Di
Atlantik barat mencapai puncaknya pada musim panas, tetapi di daerah tropis terjadi
pada musim semi dan musim gugur (Begosi et
al. 2011, McPherson et al.
1992, dan Grandcourt et al. 2006). Selain
itu, pentingnya musim semi dan musim panas merupakan musim reproduksi ikan
kakap, di sepanjang pesisir Brazil, beberapa diantaranya membentuk agregasi
pemijahan seperti pada jenis kakap L. analis Copacabana sangat penting untuk
mempertimbangkan pengelolaan perikanan. Jenis ini dianggap terlalu banyak di
eksploitasi dibandingkan dengan jenis kakap lainnya seperti dilihat pada table
berikut :
Tabel 1. Data pemijahan
beberapa spesies ikan kakap di darah Brazil
Periode
|
L. analis
Copacabana
|
L. synagris
Bertioga
|
L. synagris
Maceio
|
L. vivanus P. Sauipe
|
L. synagris,
Paraty
|
Total
|
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Januari
|
12.50
0
0.00
11.1
0.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
0
|
50.0
0
13.33
0
0.00
0
20.00
0
100.00
0
|
73.33
26.7
|
28.57
0
73.33
6.7
|
0.00
0
38.70
38.7
|
12.50
0
15.38
7.7
11.11
0
6.25
0
0.00
0
16.67
0
45.00
20.0
38.70
38.7
50.0
0
73.33
26.7
|
Atumn
Winter
Spring
Summer
|
5.88
5.88
0.00
0
0.00
0
0.00
0
|
50.00
0
11.11
0
20.00
0
100.00
0
|
73.33
26.7
|
28.57
0
73.33
6.7
|
0.00
0
38.70
38.7
|
14.29
4.8
6.73
0
40.267
26.0
68.42
21.1
|
Sumber : Begossi
et al, 2011. Untuk
telur ikan dan gonad jantan
(sperma) yang
diamati dinyatakan dalam dan %.
4.
Pertumbuhan
dan Mortalitas
Kakap memiliki masa hidup yang relatif panjang, tingkat pertumbuhan rendah, dan tingkat mortalitas rendah dan dapat dicirikan sebagai strategi periodik (Winemiller dan Rose 1992). Pertumbuhan Lutjanus
carponotatus adalah sangat cepat untuk dua
tahun pertama dlam kehidupan, melambat pada saat dua tahun ke berikutnya, dan bahkan tidak terjadi pertumbuhan
sama sekali pada umur 4 tahun. Perlambatan dan penghentian
pertumbuhan bertepatan dengan umur pada dan saat mencapai dewasa masing-masing, 50% dan 100%, dan mendukung argumen Daya dan Taylor
(1997) yang merupakan pematangan transformasi fisiologis penting dan mengakibatan perubahan
mendasar pada lintasan
pertumbuhan. Lebih lanjut mendukung argumen bahwa perkembangan alat reproduksi
terjadi dengan mengorbankan pertumbuhan somatik pada musim pemijahan ternyata lagi rata-rata antara ikan yang
lebih besar telah berhenti pertumbuhansomatik. Pertumbuhan dibatasi oleh umur dan ukuran yang
besar Lutjanus dapat
menjelaskan tingkat mortalitas konstan selama
kelas umur panjang, mortalitas merupakan bagian dari fungsi dari
ukuran tubuh (Roff 1992).
Setiap spesies memiliki
pola pertumbuhan
yang khas, dengan
perbedaan umur dan
panjang
maksimum (L ∞), artinya
spesies yang lebih
kecil umumnya tumbuh lebih
cepat saat berumur 1-2 tahun dan spesies yang lebih besar
tumbuh lebih
lambat periode
yang lebih lama. Jumlah angka motalitas juga bervariasi antara
spesies; L. gibbus memiliki tingkat motalitas yang
tinggi di ikuti L. fulvif Lamma, lebig rendah. Variabilitas yang
mempengaruhi strategi
sejarah kehidup ikan kakap (Lutjanidae)
tropis tergeneralisasi yang
agak sulit, tetapi
fakta membuktikan
bahwa dari
tujuh karakteristik habitat yang didiami sangat
rentan
terhadap penangkapan
sehingga perlu kehatia-hatian dalam
proses pengelolaan perikanan tangkap.
Ditinjau dari
hubungan panjang berat ikan (Lutjanidae) dikategorikan
sebagai isometric (b ≈ 3) untuk tiga dari lima spesies
yang diteliti hal ini membuktikan pertambahan banjang beriringan dengan
pertambahan berat. Pertumbuhan paddletail dan stripey adalah alometrik,
serperti
dilihat pada (tabel 2.) parameter hubungan pertumbuhan panjang-berat pada umur
50% dan panjang maksimum 50% dari lima spesies ikan kakap (Lutjanidae) dari
lokasi terumbu karang. Dengan niali a dan b merupakan parameter ke eretan
hubungan (W=α x FLb) antara panjang garpu (FL), dan Berat (W). L∞ adalah panjang asimptotik, K merupakan
nilai koefisien pertumbuhan dari Von Bertalanffy t0 merupakan umur
teritik dari dari umur saat pertumbuhan awal, 1 estimasi tak terhingga, 2
estimasi dibatasi oleh t0 =0.
Dari kurava
tangkapan berbasis umur oleh Ricker, (1975) dimana memperkirakan total tingkat
motalitas seketika pada setiap spesies. Jumlah transformasi logaritme pada
setiap kelas umur menunjukkan adanya penurunan terhadap kesesuaian kelas umur
yang tertangkap, sedangkan hasil analisis secara regresi Z menunjukkan nilai
slope (kemiringan) menurun kelas umur dimana pada saat sampling awal berturut-turut umur tertua di utamakan
kemudian di ikuti oleh nol frekwensi. Mortalitas juga dianalisa dengan
menggunakan persamaan (Hoening, 1983) dalam mengestimasi populasi ikan dimana
logeZ = 1.46-1.01 logetmax (dimana tmax adalah
umur maksimum dalam tahun).
Tingginya
mortalitas selain penangkapan semua frekwensi umur dan ukuran juga disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya adalah “Tingginya kerusakan terumbu karang
sebagai habitat”, “parasit yang saling merugikan antara inang dan host”, “pemangsaan juga dapat mengakibatkan
berkurangnya generasi yang berkelanjutan terutama pada saat juvenile dan
anakan” (DeAlteris J. et al, 1996, Sean D.
Connell,
1996, I.C. Enochs et al, 2008).
2.
Rekruitmen
Rekruitmen dapat didefenisikan
sebagai penambahan populasi pada ukuran umur yang sama, jika suatu populasi
ikan tidak ada rekrutmen maka hal ini merupakan ancaman keberlanjutan stok pada
waktu mendatangan. Keberhasilan rekruitmen sangat tergantung kepada tingakat
keberhasilan reproduksi (spawning). Penggunaan eksplisit ketidak jelasan dalam Fauzzi
set sangat berguna untuk menangani ketidak pastian yang menempel kepada
kerentanan kepunahan (Akcakaya et al., 2000). Kerentanan suatu spesies
tergantung pada ukuran dan umur dari spesies itu sendiri, sehingga dalam
menangani ancaman kepunahan seharusnya diklasifikasikan dalam beberapa kategori
kerentanan berdasarkan perbedaan karakteristik dan derajat keanggotaan yang
berbeda. Logika fauzzi dapat di gunakan dalam ilmu perikanan dengan aplikasi
yang dimulai dari penilaian potensi tingkah laku ikan dan mengidentifikasi sub
potensi, penilaian spesies serta menilai resiko stok terutama di daerah Pasifik
(Silla 1996; Mackinson et al. 1999;
Chen 2001; Zhang 1994; dan Tinch 2000).
Kelimpahan kakap ditentukan oleh
perekrutan larva yang relative, kolonisasi remaja dan dewasa, predasi dan
persaingan tempat perlindungan (Swearer et
al. 1999). Ikan kakap juga menurun rekruitmennya berkorelasi dengan
penurunan logaritmis anatar terumbu (Sammarco et al. 2006). Ketahanan karakteristik habitat yang kuat dapat
mencakup dua faktor intrinsik yaitu ekologi dan biologi merupakan potensi
sukses rekruitmen seperi parameter fisik yang dapat mendukung penyebaran larva
yang efektif (West dan Salm 2003). Pada
daerah yang menunjukan ketahanan atau atau faktor ketahanan relatif terhadap
gangguang faktor regional dan perubahan iklim. Dapat memaksimalkan dengan baik
reruitmen yang kuat dan handal dari semua spesies dalam ekosistem dan
kemungkinan akan sebagian rekruitmen akan benih disekitarnya. Perlindungan
situs penting untuk reproduksi (nurseries, spawning
areas, egg sources) dan perlindungan daerah yang akan menerima rekruitmen dan menjadi
sumber potensi masa depan dan target penting
pemijahan adalah untuk membangun kawasan perlindungan laut secara mandiri. Ikan
agregasi pemijahan sangat penting dalam siklus hidupnya yang
menggunakan strategi reproduksi dan rentan terhadap eksploitasi berlebihan.
Agregasi Pemijahan diketahui lebih dari 120 spesies ikan karang, pada 20 famili yang berbeda,
termasuk surgeonfishes, Ikan, goatfishes, ikan kakatua, ikan kerapu, ikan
baronang dan kakap (SCRFA 2007).
Larva "sumber," jika mereka
dapat diidentifikasi, membuat kawasan
perlindungan laut yang lebih baik dari keberhasilan populasi (Roberts 1997), terlepas dari
apakah tujuannya adalah konservasi keanekaragaman hayati atau manajemen
perikanan. Kawasan
perlindungan laur merupakan strategis suatu daerah dengan untuk mempertahankan sumber populasi bukan hanya dapat
mempertahankan rekruitmen dan larva
untuk mempertahankan populasi lokal, tetapi juga dapat berfungsi untuk
mengekspor surplus larva ke daerah lain. Sumber daerah berfungsi sebagai tempat
perlindungan
dari
penangkapan ikan.
III. PENUTUP
Kesimpulan
·
Ikan
kakap Family (Lutjanidae), merupakan
ikan demersal pada tahap juvenile hidup dan berasosiasi pada padang lamun dan
arel mangrove, ketika dewasa akan hidup pada daerah terumbu karang yang
merupakan habitatnya.
·
Pertumbuhan
dari kakap pada awal hidipnya cukup cepat antara 1-2 tahun umurnya, kemudian
diatas 2 tahun sudah mulai melambat kembali. Umur maksimum berkisar 30 tahun
dan dikategorikan sebagai ikan yang berumur panjang, serta pajang disaat matang
gonad adalah 535 mm.
·
Kebiasan
makan dari ikan kakap aktif pada siang dan malam hari, kakap dikatogorikan
sebabagi ikan predator (karnivora) namun pada ukuran juvenile memakan
fotoplankton dan tumbuhan mikroskopis.
·
Rekruitmen
sering terganggu oleh aktifitas penangkapan, pemangsaan pada saat juvenile,
parasit dan kerusakan ekosistem karang sebagai habitatnya.
·
Pemijahan
kakap di daerah tropis terjadi sepanjang tahun puncak maksimum musim panas,
sedangkan pada daerah subtropis pemijahan hanya terjadi pada musim panas dan
musim semi.
3.
DAFTAR PUSTAKA
Alpina
B., Salivonchyk S.V., Araujo L. G., Andreoli T. B., Clauzet M., Martinelli C.
M., Allan GL Ferreira. Luiz EC Oliveira1,6, Renato AM Silvano. 2011. Ethnobiology of snappers (Ikan kakap
(Lutjanidae)ae): Target Species and Suggestions For Management. Journal of
ethnobiology And ethnomedicine.
Allen, G.R, 1985.
Food and Agriculture Organization
Spesies Catalogue. Snapper Of The World. Volume VI, Food And Agriculture
Organization Of The United Nation. Rome. 189 p.
Alan T. W.,
Laffoley D., Kilarski S., Gleason M., Smith S., Llewellyn G., Day J., Hillary
A,. Wedell V., and Pee Daphine., 2008. Establishing
Resilient Marine Protected Area Networks-Making It Happen. The World
Conservation Union (IUCN). Washington, D.C. ISBN: 978-2-8317-1090-7.
Connell S.D.
1996. The Relationship Between Large
Predatory Fish And Recruitment And Mortality Of Juvenile Coral Reef-Fish On
Artificial Reefs. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology, 209(1997)261-278.
Cheung W. W. L., Pitcher Tony J. and Pauly D., 20004. A Fuzzy Logic
Expert System For Estimating The Intrinsic Extinction Vulnerabilities Of
Seamount Fishes To Fishing. Fisheries Centre, The University of British Columbia. 2259
Lower Mall, Vancouver, B.C., V6T 1Z4, Canada.
DeAlteris J. and
Riedel R., 1996. Effect of Size Selection Within and Between Fishing Gear
Types on the Yield and Spawning Stock Biomass Per Recruit and Yield Per Unit
Effort for a Cohort of an Idealized Groundfish. J. Northw. Atl. Fish. Sci.,
Vol. 19: 73–82
Enochs I.C.., Hockensmith G., Effects Of Coral Mortality On The
Community Composition Of Cryptic Metazoans Associated With Pocillopora
Damicornis. Proceedings of the 11th International
Coral Reef Symposium, Ft. Lauderdale, lorida, 7-11 July 2008 Session number 26.
Friedlander A.,
Kobayashi D., Bowen B., Meyers C., Yannis P., DeMartini E., Parrish F., Treml
E., Currin C., Hilting A., Weiss J., Kelley C., O’Conner R., Parke M., Clark
R., Toonen R., and Wedding L. 2009. Connectivity and Integrated Ecosystem
Studies. A Marine Biogeographic Assessment of the Northwestern Hawaiian
Islands.
FAO, 1974.
Spesies Identification Sheets for Fishery Purposes Eastren Indian Ocean and
Westren Central Pasific. Volume II. Food and Agriculture Organization of the
United Nations. Rome. Pp: 1-47.
Moura, R. L.
& K. C. Lindeman. 2007. External Anatomy & Taxonomy. Ichthyology Labolatory. Brazil 1422: 31-43.
Michelle R.
Heupel, Leanne M. Currey, Ashley J. Williams, Colin A. Simpfendorfer, Aaron C.
Ballagh and Ann L. Penny. 2009. The Comparative Biology of Ikan kakap
(Lutjanidae) Species on the Great Barrier Reef. Fishing and Fisheries
Research Centre School of Earth and Environmental Sciences James Cook
University, Townsville. Supported by the Australian Government’s Marine and Tropical
Sciences Research Facility Project 4.8.3 Evaluation of the resiliency of key
inter-reefal fish species.
Manickchand-Heileman,
S. C. & D. A. T. Philipp. 1996. Reproduction, age and growth of the
Caribbean red snapper (Lutjanus purpureus) in waters of Trindade and
Tobago. Pp. 137- 149. In: Arreguín-Sanchez, F., J. L. Munro, M. C. Balgos &
D. Pauly (Eds.). Biology, fisheries and culture of tropical groupers and
snappers. ICLARM Co. Proc nf. Campeche, Mexico, 48: 449p.
Michelle R.
Heupel., Ann Penny., Ashley J. Williams.,Jacob P Kritzer., David J.
Welch., Ross J. Marriott., Campbell R.
Davies., and Bruce D. Mapstone. 2010. Demographic Characteristics Of Exploited
Tropical Ikan kakap (Lutjanidae)s: A Comparative Analysis. School of Earth and
Environmental Sciences James Cook University.
Kritzer, J.P.
2004. Sex-specific growth and mortality,
spawning season, and female maturation of the stripey bass (Lutjanus
carponotatus) on the Great Barrier Reef. Fishery Bulletin 102:94-107.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar